Ketika Seorang Sahabat Bertanya
Ketika seorang sahabat bertanya “Lo menderita sampai gimana sih Kimp sampai lo bisa lolos semua?” – dengan nada bercandanya yang khas.
Aku sulit menjawab pertanyaan ini
karena ini soal kegagalan-kegagalan di masa lalu yang sudah terhitung banyak. Satu
hal dan beberapa hal yang sulit diungkap karena begitu menyakitkan. Kelak
mungkin ku akan bercerita ketika waktunya tepat dan sharing dengan banyak orang ketika aku kelak benar-benar merasa sukses dan bahagia.
Lalu, pagi ini aku memutuskan
jalan keluar dan menghirup udara pagi. Aku menemukan sepi. Diriku
mempertanyakan kesepian itu dengan membayangkan banyak scenario kehidupan yang
akan terjadi beberapa bulan ke depan. Memang—ketika kita diberi kabar baik oleh
Tuhan, terkadang pertanyaan selanjutnya, apakah aku bahagia dengan ini semua?
Banyak sekali konflik batin,
keputusan yang mungkin bisa salah, hasil yang baik dan bahkan luar biasa, yang sedang aku
jalani saat ini. Sampai pada titik dimana, pagi ini aku menangis. Harus apa?
Bagaimana? Keputusan apa yang akan diambil? Tepatkah?
Kontemplasi hidup yang belum
terjawab karena semuanya serba belum pasti.
Yang pertama aku harus lakukan:
- Memastikan bahwa aku bisa berangkat ke US bulan April tanpa kendala ketika aku berangkat lagi ke US bulan Agustus awal.
- Program YSEALI akan berjalan lancar tanpa mengganggu jadwal PK.
- Pekerjaan law firm saat ini juga harus dipastikan, apakah akan menerima study leave sejak April atau aku resign?
- NGO yang saat ini aku naungi, akankah menjadi tempat bernaung sekembalinya aku ke Indonesia?
What a headache!
This consumes my body and mind.
Aku cukup lelah dengan diri sendiri dan mau menyerahkannya saat ini pada Tuhan.
Yang aku akan perjuangkan saat ini, tetap akan kembali pada keputusan Tuhan.
Bismillah, pasti ada jawaban. Aku bersyukur dan bahagia untuk hal-hal yang terjadi ini. Namun, pertanyaan
apakah aku bahagia, masih belum terjawab.
***
Komentar
Posting Komentar